Rabu, 09 Oktober 2013

KOMUNITAS ASEAN 2015


SEKOLAH KOMUNITAS ASEAN 2015

Sekolah adalah salah satu tempat dan masa yang pasti berpengaruh pada kehidupan seseorang baik di masa sekarang maupun masa depan. Ada orang yang berpikir sekolah tidak penting, sehingga ia cukup dijalani untuk waktu yang singkat saja, ada pula sebaliknya, menganggap sekolah sebagai sebuah proses yang sangat penting dan harus dijalani untuk waktu yang lama, bahkan seumur hidup. Bukan berarti duduk manis di bangku sekolah sampai tua dan meninggal, namun menganggap semua proses pembelajaran yang terjadi setiap harinya dalam kehidupan seseorang sebagai sekolah kehidupan. Anda yang mana?
Hal serupa menurut saya terjadi pula pada isu Komunitas ASEAN 2015. Komunitas ini merupakan sebuah bentuk ‘sekolah’ bagi seluruh negara di kawasan ASEAN. Sebagian orang yang pesimis akan menganggap hadirnya Komunitas ASEAN 2015 sebagai ancaman dan persaingan sengit yang sulit dimenangkan, sementara kaum optimis akan melihat ini sebagai peluang untuk melebarkan sayap dan meraih kemajuan di semua bidang.

  1.      Seragam
Di sekolah, para siswa biasanya diwajibkan untuk memakai seragam sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini untuk memberikan identitas khusus bagi siswa agar mudah dikenali, juga sebagai bentuk latihan kedisiplinan dan kesetaraan bagi siswa. Walaupun berasal dari latar belakang ekonomi, sosial dan budaya yang berbeda, seorang siswa harus memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah sama dengan seluruh siswa di sekolah tersebut.
Dalam Komunitas ASEAN 2015, negara-negara anggota ASEAN merupakan ‘siswa’ di dalamnya, sementara semua ketentuan yang harus dijalankan bersama merupakan ‘seragam’nya. Semua siswa (negara) harus menerima kebijakan tersebut dan menjalankannya walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. ‘Seragam’ yang disandang, yakni sebagai anggota Komunitas ASEAN 2015 juga menunjukkan jati diri, eksistensi dan kekuatan ASEAN sebagai kawasan strategis dan berpengaruh dalam lingkup global. Disitu pulalah sebenarnya letak makna ‘komunitas’ yang sesungguhnya, dimana beberapa golongan orang (dalam hal ini negara) bersatu dalam satu wadah yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk mencapai tujuan bersama tanpa meninggalkan keunikan dan kearifan lokal. Menjadi ‘seragam’ dalam keberagaman.

2.       Belajar
Komunitas ASEAN 2015 juga menjadi sarana belajar bagi semua pihak. Di dunia maya misalnya, hadirnya komunitas ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus peningkatan kualitas bagi para anggota Komunitas Blogger ASEAN yang tentu saja memiliki tantangan tersendiri dengan adanya Komunitas ASEAN 2015. Jaringan pertemanan dan koneksi yang lebih luas dengan para blogger di kawasan ASEAN mau tidak mau mengharuskan semua anggotanya untuk berpacu memberikan kontribusi yang lebih besar melalui dunia maya.
Di dunia nyata, kehadiran Komunitas ASEAN 2015 memberi angin baru bagi para pelaku ekonomi seiring semakin luasnya peluang pasar dan jangkauan konsumen. Hal yang tentu saja diikuti dengan tantangan kualitas dan inovasi.
Tak berhenti sampai disitu, seperti yang kita ketahui bahwa Komunitas ASEAN 2015 membawa tiga pilar utama kerjasama dan perbaikan di negara-negara ASEAN yaitu komunitas keamanan ASEAN, komunitas ekonomi ASEAN dan komunitas sosial-budaya ASEAN. Tiga pilar ini menjadi sarana sekaligus tantangan bagi semua negara ASEAN demi terwujudnya kondisi yang lebih baik di negara-negara Asia Tenggara dalam semua lini.

3.       Kebaikan di masa depan
Kehadiran Komunitas ASEAN 2015 patut disambut sebagai positif semua pihak. Seperti sekolah yang bertujuan untuk membentuk kemampuan dan kepandaian semua siswa sebagai bekal kehidupan yang akan datang, Komunitas ASEAN 2015menjadi momentum konsolidasi dan penguatan kerjasama negara-negara ASEAN dalam menghadapi tantangan global.
Kita sebagai bangsa Indonesia patut antusias menyambut hadirnya Komunitas ASEAN 2015. Sebagaimana seorang anak yang antusias menyambut sekolah pertamanya. Komunitas ini akan menjadi ‘sekolah’ bagi Indonesia dan semua negara ASEAN agar bisa menjadi negara-negara lebih baik dan memiliki kekuatan menghadapi globalisasi.

PRINSIP PENITI ;MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

Dari kecil saya takjub dengan benda kecil, tajam dan super kreatif bernama peniti. Bukan karena bentuknya atau kemampuannya yang ajaib melainkan karena di setiap kertas merk-nya yang biasanya berwarna hijau, selalu saya temui tulisan Made in China. Berarti bahwa benda yang kelihatannya sepele namun sangat bermanfaat itu dibuat di Cina dan diimpor oleh Indonesia. Wow sekali ya? Benda sekecil peniti saja diimpor dari Cina!
Pertanyaannya adalah, mau sampai kapan?
Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia tentu saja, ternyata punya jawabannya. Kekuatan ekonomi dan dominasi China, Amerika, Jepang dan lain-lain dalam berbagai produk akan ‘dilawan’ dengan penguatan Komunitas ASEAN yang akan mulai digalakkan pada tahun 2015 (selanjutnya disebut Komunitas ASEAN 2015), lebih cepat 5 tahun dari rencana semula yakni tahun 2020. Salah satu yang menjadi perhatian khusus dalam Komunitas ASEAN 2015 ini adalah ASEAN Economic Community (AEC) atau sebuah komunitas ekonomi negara ASEAN yang harapannya akan membentuk integrasi ekonomi kawasan.
Hal ini tentu menguntungkan masing-masing negara ASEAN jika dimanfaatkan dengan baik dan harus dipandang sebagai sebuah peluang positif bagi pelaku ekonomi Indonesia. Kehadiran Komunitas Ekonomi ASEAN akan meningkatkan daya saing UKM, kemudahan akses pasar yang lebih luas, dan membantu mempercepat penyesuaian peraturan-peraturan dan standardisasi domestik. (http://winwinfaizah.wordpress.com)

Ide cemerlang Komunitas ASEAN 2015 tersebut mengingatkan saya pada peniti kecil Made in China tadi. Dalam beberapa hal peniti Cina itu memberi inspirasi bagaimana seharusnya negara kita menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) dengan penuh percaya diri, berbekal kekuatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memadai.

1. Kecil tapi Tajam
Peniti, seperti yang kita tahu adalah sebuah benda yang kecil, paling besar mungkin hanya berukuran kurang lebih 10 cm. Meskipun begitu, ia memiliki ujung runcing yang sangat tajam. Seperti itu pulalah pelaku UKM Indonesia harusnya melihat peluang yang ada dalam ASEAN Economic Community (AEC) dalam Komunitas ASEAN 2015. UKM sebagai bentuk usaha kecil hendaknya tidak memandang AEC sebagai ancaman akan eksistensi produk dan usaha mereka. Justru sebaliknya, sebagai usaha kecil UKM harus ‘mempertajam’ diri dengan terus meningkatkan kualitas produk atau layanan untuk menghadapi pasar yang semakin terbuka lebar. Jaringan bisnis yang lebih luas sebagai bagian dari hadirnya Komunitas ASEAN 2015 adalah sarana bagi UKM untuk semakin menunjukkan eksistensinya.

2. Kreatif
Saya tidak bisa membayangkan jika Walter Hunt tidak menemukan benda kreatif bernama peniti pada tahun 1849 lalu. Meski ditemukan secara tidak sengaja dan hak paten atas peniti tersebut juga akhirnya dijual olehnya, penemuannya telah memberi manfaat bagi banyak orang hingga kini. Dalam konteks AEC, Indonesia sebagai negara dengan sumber daya manusia dan sumber daya alam melimpah harusnya melahirkan produk-produk kreatif bernilai ekonomi tinggi. Komunitas ASEAN 2015 adalah sebuah ‘panggung pertunjukan’ serta pertaruhan kreatifitas dan inovasi segenap pelaku ekonomi di semua negara ASEAN dalam memanfaatkan peluang pasar yang semakin terbuka lebar.

3. Menembus Batas
Peniti ditemukan pertama kali ratusan tahun lalu di Winchester, Amerika Serikat dan kini telah menjadi barang umum di berbagai negara. Saya bahkan mengira benda kecil ini ditemukan oleh orang Cina sehingga negara kita mengimpor dari sana. Ukurannya yang kecil tidak membatasi geraknya menembus batas waktu dan tempat. Seperti itu pulalah negara kita seharusnya menghadapi AEC dan Komunitas ASEAN 2015. Dengan kekuatan demografi yang luar biasa dimana jumlah penduduk produktif lebih banyak daripada yang tidak produktif di negara kita, seharusnya Indonesia memiliki peluang besar untuk menguasai pasar ASEAN maupun global. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi informasi yang melahirkan kemudahan-kemudahan networking dan marketing produk maupun jasa para pelaku ekonomi. Sebut saja hadirnya bermacam social media seperti Twitter dan Facebook, juga kehadiran website ataupun forum-forum diskusi online yang menambah jaringan penggunanya di seluruh dunia.
Tren perkembangan teknologi informasi ini juga ikut menyemarakkan adanya Komunitas ASEAN 2015 dengan hadirnya Komunitas blogger ASEAN  \yang kian memantapkan diri mengambil peran untuk mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 berikut dampak dan peluang yang ada. Kemajuan teknologi informasi yang ada akan menjadi sarana ampuh menyongsong hadirnya Komunitas ASEAN 2015.
**

3 hal sederhana berangkat dari rasa ‘kagum’ saya atas benda kecil bernama peniti tersebut semoga menjadi bahan renungan dan semangat bagi kita semua, bahwa negara kita harus melihat kehadiran Komunitas ASEAN 2015 sebagai bentuk peluang emas untuk kemajuan di berbagai bidang salah satunya bidang ekonomi melalui ASEAN Economic Community (AEC). Sekian.

One Vision, One Identity, One Community


"Jangan tanyakan apa yang bisa tanah airmu berikan kepadamu tapi tanyakanlah apa yang bisa kau berikan kepada tanah airmu."