Sekali lagi, adalah kekuatan ukhuwah yang didasari rasa iman kepada Allah-lah yang membuat itu. Karna iman itu mengikatkan kita dalam persaudaraan yang menembus batas ruang dan waktu. Iman menyatukan kita dalam doa-doa yang selalu kita bagi pada sesama mukmin. Sebagaimana tanpa kita sadari, tiap detik berjuta lisan melafalkan doa untuk kita. Bahkan tanpa kita sadari, para nenek-nenek moyang berdoa untuk cicit-cicitnya, dan para anak cucu berdoa untuk leluhurnya. Mereka mungkin tak pernah berjumpa, terpisah oleh ruang dan waktu. Tapi, mereka bersatu dalam doa. Dalam iman. Dalam persaudaraan akbar yang melintasi kutub, gurun, pegunungan, lautan, hutan, dan zaman.
“Allahummaghfir, lil muslimiina wal muslimaat. Wal mu’miniina na wal mu’minaat…”
Sebuah untaian nada sederhana dari Izzatul Islam yang diambil liriknya dari sebuah doa rabithoh berikut ini sungguh akan sangat menyentuh dan mengingatkan kita kembali pada sebuah tali agama Allah, ukhuwah islamiyah.
“Sesungguhnya engkau tahu bahwa hati ini tlah berpadu berhimpun dalam naungan cintaMu. Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahaya-Mu yang tiada pernah padam, ya Rabbi bimbinglah kami.
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakkal padaMu, hidupkan dengan ma’rifat-Mu, matikan kami syahid di jalan-Mu, Engkaulah Pelindung dan Pembela.”