Kamis, 23 April 2015

Tentang Sebuah Ukhuwah




Dalam dekapan ukhuwah kita menghayati pesan Sang Nabi. “Jangan kalian saling membenci”, begitu beliau bersabda seperti dicatat Al Bukhari dalam Shahihnya, “Jangan kalian saling mendengki, dan jangan saling membelakangi karena permusuhan dalam hati.. Tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara..”



Dalam dekapan ukhuwah kita mendaki menuju puncak segala hubungan, yakni taqwa. Sebab, firmanNya tentang penciptaan insan yang berbangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal ditutup dengan penegasan bahwa kemuliaan terletak pada ketaqwaan. Dan ada tertulis, para kekasih di akhirat kelak akan menjadi seteru satu sama lain, kecuali mereka yang bertaqwa.

Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah. Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.





Dalam dekapan ukhuwah, kita akan mengeja makna-makna itu, menjadikannya bekal untuk menjadi pribadi pencipta ukhuwah, pribadi perajut persaudaraan, pembawa kedamaian, dan beserta itu semua; pribadi penyampai kebenaran. Dalam dekapan ukhuwah, kita tinggalkan Narcissus yang dongeng menuju Muhammad yang mulia dan nyata. Namanya terpuji di langit dan bumi.


 


“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10)


Bagai sebuah pelangi yang tak akan indah bila tidak bersatu padu, bagai sebuah bintang yang tak akan indah bila hanya menampakkan dirinya sendiri. Pelangi, meskipun berbeda warna tetapi tetap saja elok dan menawan apabila disatukan. Bintang, meskipun dibatasi jarak-jarak yang tidak dekat tetapi tetap saja indah dan menakjubkan, akan selalu terang dan menerangi kabut dan gelapnya malam.




Bahwa setiap nafas kehidupan yang kita hela adalah sebuah anugerah yang tiada tandingannya, begitu pula dengan sebuah ukhuwah islamiyah, sebuah barisan kokoh yang tak akan rapuh seperti sebuah tembok baja yang lebih kuat dari tembok RRC sekalipun, Kenapa bisa? karna kekuatan ini adalah kekuatan Allah, tasbih semesta alam dipersembahkan hanya untuk-Nya.

“dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal : 63)
***




Mungkin seperti itulah gambaran sebuah ukhuwah yang telah terjalin dan terikat, akan saling menguatkan bukan melemahkan, akan saling membangun bukan menjatuhkan, akan saling menyayangi bukan menyakiti.
Ya Allah, ampunilah para mukmin lelaki dan perempuan. Ampunilah mereka yang berserah diri, yang pria maupun wanita. Yang masih hidup ataupun telah wafat mendahului kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Dekat. Duhai Dzat yang memenuhi segala hajat, ampunilah kami.
Hal ini mengingatkan kita pada sebuah perjuangan pergerakan yang didasari oleh ukhuwah islamiyah yang kuat, Al-Ikhwanul Muslimin yang memang secara kuantitas yang didasari oleh akal logika yang rasional rasanya tidak akan mampu ‘menyentuh’ dunia.




Sekali lagi, adalah kekuatan ukhuwah yang didasari rasa iman kepada Allah-lah yang membuat itu. Karna iman itu mengikatkan kita dalam persaudaraan yang menembus batas ruang dan waktu. Iman menyatukan kita dalam doa-doa yang selalu kita bagi pada sesama mukmin. Sebagaimana tanpa kita sadari, tiap detik berjuta lisan melafalkan doa untuk kita. Bahkan tanpa kita sadari, para nenek-nenek moyang berdoa untuk cicit-cicitnya, dan para anak cucu berdoa untuk leluhurnya. Mereka mungkin tak pernah berjumpa, terpisah oleh ruang dan waktu. Tapi, mereka bersatu dalam doa. Dalam iman. Dalam persaudaraan akbar yang melintasi kutub, gurun, pegunungan, lautan, hutan, dan zaman.
“Allahummaghfir, lil muslimiina wal muslimaat. Wal mu’miniina na wal mu’minaat…”

Sebuah untaian nada sederhana dari Izzatul Islam yang diambil liriknya dari sebuah doa rabithoh berikut ini sungguh akan sangat menyentuh dan mengingatkan kita kembali pada sebuah tali agama Allah, ukhuwah islamiyah.
“Sesungguhnya engkau tahu bahwa hati ini tlah berpadu berhimpun dalam naungan cintaMu. Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahaya-Mu yang tiada pernah padam, ya Rabbi bimbinglah kami.
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakkal padaMu, hidupkan dengan ma’rifat-Mu, matikan kami syahid di jalan-Mu, Engkaulah Pelindung dan Pembela.”




Salim A.Fillah dalam bukunya yang menakjubkan Dalam Dekapan Ukhuwah menyanyikan kalimat sastranya. “Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah.”
***
Penulis mengguratkan kerinduan yang amat sangat terhadap persaudaraan (ukhuwah) terasa menyayat:



 Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
karena kehormatan diri sering kita tinggikan diatas kebenaran
karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus sejuta kebaikan yang lalu
Wasiat sang nabi itu rasanya berat sekali :
“jadilah hamba-hamba yang bersaudara”
 mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
menjadi kepompong menyendiri
berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
bertafakkur bersama iman yang menerangi hati
hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang tebang menari
melantun kebaikan di antara bunga, menebar kebaikan pada dunia
 lalu dengan rindu kita kembali kedalam dekapan ukhuwah
mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani,
sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji




Tentang  Sebuah Ukwah
 Ukhuwah dan kebersamaan
Membuatku tak mudah berpaling
Bahkan tak sempat untuk sekedar berpaling
Harga sebuah kemenanganpun tak bisa menyempurnakan

Rasa bangga dan bahagia
Berada dalam barisan ini

Gapai kami
Dan jangan lepaskan

Asa ini telah menggunung dalam ikatan cinta
Karena hati yg telah berkumpul karena cinta
Mustahil terkoyak dan hancur

Bila dalam langkah ini
Ada yang terpelanting
Terjerembab dan tak mau bangkit lagi
Bahkan pergi menjauh
Lalu balik dengan pukulan kebencian

Dapat kupastikan
Kau bergabung bukan karena cinta

Karena apa?
Kau saja yang jawab!
 Jika kau tanyakan pada kami
Mengapa masih setia dijalan ini?
Singkat saja
Cinta lah yang menyatukan
Cinta kepada yang Maha Segala…

Jika masih ada lagi yang bertanya mengapa?
Karena barisan ini
Karena jamaah ini
Karena ikatan ini
Telah menyatukan
Telah merekatkannya
Dan…
Tangan Alloh bersama dengan jamaah
 Perjalanan Cinta, Kerja dan Harmoni untuk melayani
Adalah langkah abadi sepanjang usia manusia
Karena di dunia memang tempat untuk bertanam
Karena di dunia tempat para pejuang diuji
Karena di dunia antara haq dan bathil terus bertarung

Karenanya apapun yang terjadi teruslah bergerak dalam putaran jamaah
Karena sendiri berarti mati
Tak perlu risaukan
Apa yang mereka katakan
Mengapa terjadi?
Karena semua rencana-Nya

Kita…tetap tegak melangkah
Menebar cinta
Memberi kerja
Mencipta harmoni
 ( *Puisi karya Tri Joyo Adi dan Fenty Gunawan )