Senin, 01 April 2013

Proses Pembuatan Biodisel


Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)
Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya
menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesin-mesin pabrik yang
menggunakan diesel, juga alat transportasi termasuk mobil yang bermesin diesel.
Biodiesel dapat sebagai pengganti 100% minyak solar, maupun sebagai campuran
minyak solar tanpa modifikasi mesin. Campuran minyak solar dengan biodiesel diberi
kode B (Blending). Sebagai contoh bahan bakar B5 adalah campuran yang terdiri 95%
volume minyak solar dengan 5 % volume biodiesel. Minyak solar dengan biodiesel dapat
dicampur dengan berbagai perbandingan.
Penerapan peraturan emisi kendaraan mendorong diturunkannya kadar belerang
dalam minyak solar. Penurunan kadar belerang dapat menurunkan emisi gas buang
kendaraan berupa gas SOx dan SPM (Solid Particulate Matters) yang mengotori udara.
Akan tetapi solar yang berkadar belerang rendah memiliki daya pelumasan rendah.
Sementara itu produksi solar Indonesia masih sangat tinggi kadar belerangnya (1500-
4100 ppm) Dengan demikian biodiesel sebagai campuran minyak solar mempunyai dua
keuntungan sekaligus. Pertama yaitu biodiesel mempunyai kadar belerang yang jauh
lebih kecil (sangat ramah lingkungan karena kadar belerang kurang dari 15 ppm) dan
yang kedua adalah biodiesel dapat meningkatkan daya pelumasan.
Viskositas biodiesel lebih tinggi dibandingkan viskositas solar, sehingga
biodiesel mempunyai daya pelumasan yang lebih baik daripada solar. Oleh karena
mampu melumasi mesin dan sistem bahan bakar, maka dapat menurunkan keausan piston
sehingga mesin yang menggunakan bahan bakar biodiesel menjadi lebih awet. Selain itu
biodiesel sudah mengandung oksigen dalam senyawanya, sehingga pembakaran di dalam
mesin nyaris sempurna dan hanya membutuhkan nisbah udara/bahan bakar rendah.
Dengan demikian emisi senyawa karbon non-CO2 dalam gas buang kendaraan sangat
kecil dan penggunaan bahan bakar lebih efisien
Untuk membuat biodiesel dari minyak jelantah diperlukan peralatan yang
didesain khusus. Di dalam proses tersebut menggunakan bahan-bahan yang sifatnya
korosif, berbahaya apabila terhirup atau apabila mengenai kulit dapat menyebabkan
iritasi. Selain itu diperlukan pemanasan, sehingga peralatan yang digunakan juga harus
tahan panas. Peralatan untuk membuat biodiesel umumnya dibuat dari bahan stainless
steel. Berikut ini diuraikan cara pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bahan baku:
1. Minyak jelantah. Sebelum proses esterifikasi maka minyak jelantah dimurnikan
terlebih dahulu menggunakan arang aktif.
2. Methanol (CH3OH)/Ethanol (CH3COOH) kemurnian 99%. Bahan ini dapat diperoleh
di toko bahan kimia. Jauhkan dari api karena sifatnya yang mudah terbakar. Bahan ini
mudah menguap, dan berbahaya apabila terhirup.
3. KOH/NaOH. Bahan ini berupa kristal putih, yang dapat diperoleh di toko bahan
kimia. Larutannya apabila mengenai kulit dapat menyebabkan iritasi. Apabila akan
digunakan dikeringkan dulu, misalnya menggunakan oven, oleh karena sifatnya
mudah menyerap air.
Bahan untuk titrasi/ pencuci:
1. Isopropyl alkohol kemurnian 99%. Bahan ini dapat diperoleh di toko bahan kimia.
Jauhkan dari api karena sifatnya yang mudah terbakar. Bahan ini mudah menguap,
sehingga wadahnya harus ditutup rapat-rapat.
2. Air suling/aquades atau air bebas ion. Merupakan air murni hasil proses
penyulingan, atau dihilangkan kandungan ion-ionnya. Air ini juga bisa diperoleh di
toko bahan kimia. Air ini sekaligus untuk bahan pencuci.
3. Larutan Phenolphthalein (PP). Merupakan larutan tidak berwarna yang dapat berubah
warnanya menjadi merah muda pada pH tertentu. Phenolphthalein dalam bentuk
kristal putih dapat diperoleh di toko bahan kimia. Larutan PP dibuat untuk segera
digunakan, apabila disimpan dalam bentuk larutan tidak boleh lebih dari 1 tahun.
Untuk menghindari kerusakan, penyimpanan sedapat mungkin menghindari cahaya,
dimasukkan di dalam botol berwarna gelap/hitam.
Langkah-langkah dalam proses pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut:
A. Proses pemurnian minyak jelantah
1. Pembuatan arang aktif:
Arang batok kelapa ditumbuk, dan disaring menggunakan saringan kelapa
Buat larutan kapur % dengan memasukkan g kapur ke dalam aquadest
Arang dimasukkan ke dalam larutan kapur dan dipanaskan sampai menit
Arang disaring dan dikeringkan menggunakan oven/sinar matahari
2. Minyak jelantah disaring untuk memisahkan dengan kotoran padat. Untuk
memudahkan penyaringan, minyak dipanaskan sampai suhu 35oC.
3. Minyak jelantah hasil penyaringan dicampur dengan arang aktif, diaduk-aduk dan
disaring
4. Minyak jelantah dinetralkan dengan memberi larutan NaOH % sebanyak ml
kemudian diaduk. Setelah terbentuk endapan kemudian disaring
B. Proses transesterifikasi
1. Minyak jelantah hasil pemurnian kemudian dipanaskan sampai suhu 100oC untuk
menghilangkan kandungan airnya. Gunakan alat pengaduk untuk memudahkan
penghilangan uap air. Setelah air yang mendidih dalam minyak mulai hilang,
selanjutnya panaskan sampai suhu 130 oC selama 10 menit, dan dinginkan.
2. Titrasi untuk menentukan banyaknya katalis (KOH/NaOH) yang diperlukan, dengan
cara:
a) Siapkan alat titrasi terdiri buret dan gelas piala kecil
b) Siapkan larutan 1 gram KOH/NaOH ke dalam 1 liter air suling (larutan 0,1
% KOH/NaOH)
c) Larutkan 1 ml minyak jelantah ke dalam 10 ml isopropil alkohol, dipanaskan
sambil diaduk sampai campuran jernih
d) Tambahkan 2 tetes larutan PP.
e) Isi buret dengan larutan KOH 0,1 %, teteskan larutan tersebut tetes demi
tetes ke dalam larutan minyak jelantah-alkohol-PP, sambil diaduk sampai
larutan berwarna merah muda selama 10 detik
f) Lihat pada buret, volume (ml) larutan 0,1 % KOH yang digunakan, dan
tambahkan 5 maka ketemu jumlah gram KOH yang diperlukan per liter
minyak.
4. Penyiapan kalium/natrium metoksida (K+ / Na+ CH3O-), dengan cara sebagai berikut:
a) Siapkan metanol, umumnya kebutuhannya adalah 20 % dari volume minyak
jarak. Apabila ada 100 liter minyak jarak maka dibutuhkan 20 liter metanol.
b) KOH/NaOH yang telah ditentukan jumlahnya, dimasukkan ke dalam
methanol/ethanol, dicampur rata sampai terlarut sempurna, dan terbentuk
kalium/natrium metoksida.
c) Hati-hati dengan kalium/natrium metoksida, gunakan masker, jangan hirup
uapnya, dan apabila mengenai kulit menyebabkan kulit terbakar tanpa terasa
karena menyebabkan matirasa. Kalium metoksida, juga sangat korosif. KOH
dapat bereaksi dengan alumunium, tin dan seng, jadi gunakan wadah dari
gelas tahan panas, enamel atau yang terbaik adalah dari stainless steel.
5. Pemanasan minyak jelantah dan pencampuran dengan kalium/natrium metoksida,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Minyak jelantah dipanaskan sampai 48-54oC.
b) Siapkan alat pengaduk dan diatur pada kecepatan penuh.
c) Sambil diaduk, tambahkan kalium/natrium metoksida, dan diaduk terus
antara 50-60 menit.
d) Proses trans-esterifikasi akan menghasilkan metil ester (minyak biodiesel)
dan hasil samping gliserin
6. Pendiaman dan pemisahan metil ester (minyak biodiesel) dengan gliserin.
Cara pemisahannya adalah:
a) Proses dibiarkan sampai sempurna sedikitnya 8 jam dan suhu dipertahankan
pada 38oC.
b) Biodiesel akan berada di bagian atas, dan gliserin ada di bagian bawah
berwarna coklat gelap. Gliserin merupakan cairan kental yang dapat
memadat dibawah suhu 38oC.
c) Alirkan gliserin dengan hati-hati dari bagian bawah reaktor, sehingga
biodiesel dapat dipisahkan kemudian ditempatkan di wadah lain.
d) Apabila gliserin memadat maka dapat dipanaskan kembali agar mencair.
e) Gliserin masih bercampur dengan sisa reaktan dan alkohol, maka
dinetralisasi menggunakan asam mineral dan dipanaskan pada suhu 66oC
untuk mengambil kembali alkohol, sehingga diperoleh gliserin kemurnian
tinggi.
7. Hasil biodiesel sering tercampur dengan sabun. Biodiesel dicuci menggunakan air
suling untuk menghilangkan sabun dan sisa-sisa bahan lain. Proses pencuciannya
adalah sebagai berikut:
a) Pada pencucian pertama, biodiesel ditambah sedikit larutan asam asetat,
kemudian diaduk agar terjadi netralisasi.
b) Tuangkan air suling dalam wadah, kemudian dituangi biodiesel yang akan
dicuci, kemudian diaduk.
c) Setelah didiamkan antara 12-24 jam, minyak biodiesel akan terpisah dengan
air pencuci.
d) Minyak yang telah bersih dialirkan untuk memisahkan dengan air yang
mengandung sabun.
e) Proses pencucian ini diulang 2-3 kali, tanpa penambahan asam. Pada
pencucian ketiga, biodiesel hasil pencucian dipanaskan untuk menghilangkan
air yang masih terikut. pH biodiesel hasil pencucian mempunyai pH 7
(netral).
8. Pengecekan kualitas biodiesel. Biodiesel yang akan digunakan untuk bahan bakar
mesin diesel seperti pada mobil, memerlukan kualitas biodiesel yang tinggi. Contoh
spesifikasi biodiesel dapat dilihat pada tabel berikut:
Spesifikasi minyak biodiesel dibandingkan minyak diesel (BBM)
Sifat Minyak Biodiesel Minyak Diesel (BBM)
Densitas (g/cm3 pada 20oC)
Titik nyala (oC)
Bilangan setan (cetane number)
Kekentalan (mm2/s pada 30 oC)
Abu bersulfat (%)
Bilangan netralisasi (mg KOH/g)
Gliserin total (%)
Gliserin bebas (%)
Fosfat (ppm)
Metanol (%)
0,879
191
51
4,84
0,014
0,24
0,088
0,015
17,5
0,06
0,841
80
47.8 to 59
3,6
1,0-1,2 ppm Sulfur
-
-
-
-
-
Sumber: Foidl et al. cit. Manurung, 2005, dan Lele, 2005
Bagan alir proses pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut:
Minyak jelantah murni Metanol/etanol KOH/NaOH
Reaktor
Pendiaman dan pemisahan Bagian bawah
Bagian atas Netralisasi Asam mineral
Pencucian Pendiaman Asam lemak
Penguapan Penguapan Metanol/etanol
Minyak Biodiesel Gliserin

tugas ane yang gagal :(


LIMBAH KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI BAHAN BAKU
PEMBUATAN ETHANOL






















OLEH :

Rista Siti Mawarni
Melisa Warda Ningsih
Alfiana Mutiara Oktama













Tugas Karya Ilmiah Remaja (KIR)
SMK-SMTI Bandar Lampung

ALAT DAN BAHAN
a.       Alat           :                                              
·         Erlenmeyer                                                                                          
·         Klem
·         Buret
·         Balp
·         Pipet ukur
·         Tabung reaksi
·         Labu leher 3
·         Neraca
·         Oven
·         Pendingin tegak
·         Kompor listrik
·         Tabung spektofotometri
·         Autocleve
·         Piknometer
·         Petridist

b.      Bahan        :
·         Kulit pisang kepok
·         Bakteri Saccharomyces Cereviceae
·          HCl 0,5 N
·         Aquadest
·          ammonium Phosphat
·          PDA (potato dexrtrose agar )
·          SDA (saboro dextrose agar)
·         H2S04 4N
·         Natrium thiosulfat
·         Indikator amylum
·         Larutan KI


















Pengambilan pati dari kulit pisang kepok (persiapan bahan untuk
penelitian) :

1. Buah pisang dikupas dan diambil kulitnya
2. Kulit pisang dicuci bersih lalu diiris kecil – kecil lalu dimasukkan kedalam oven untuk   dikeringkan pada suhu 105 °C sampai kering
3. Lalu ditumbuk halus sampai menjadi serbuk
Hasil analisis kandungan pati didalam kulit pisang kepok ( air 7,8 % , pati 10,32 % , gula reduksi 3,4 % , protein 2,05 %) , yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk penelitian ini. Kondisi yang ditetapkan antara lain adalah: pati kulit pisang kepok = 25 gram, aquadest 200 ml, waktu hidrolisa = 50 menit,kecepatan pengadukan = 100 rpm, mikrooranisme yang digunakan Saccharomyces Cereviceae ( Optical density = 0,5 , Panjang 8 gelombang = 610 nm, jumlah biomassa awal = 266x 105 cfu/ml), pH fermentasi = 5,57 , suhu hidrolisa = 90 o C , katalis yang digunakan HCl 0,5 N = 15 ml. Kondisi berubah : waktu fermentasi : 1,2,3,4,5 hari, Nutrient Ammonium Phosphat : 1 ; 2,5 ;4 ; 5,5 ; 7 gram.
Pada penelitian ini menggunakan bahan utama pati dari kulit pisang kepok , bakteri Saccharomyces Cereviceae, HCl 0,5 N dan bahan pembantu aquadest, ammonium Phosphat, PDA (potato dexrtrose agar ) dan SDA (saboro dextrose agar). Secara umum produksi ethanol ini mencakup tiga rangkaian proses yaitu: pertama persiapan bahan. Kemudian tahap kedua adalah hidrolisis pati kulit pisang kepok dengan ditambah larutan HCl 0,5 N dengan berat tertentu. Hasil hidrolisis kemudian dilakukan tahap ketiga yaitu fermentasi. Secara lengkap bisa dilihat pada bab proses hiodrolisa dan proses fermentasi.

Proses Hidrolisis yang dilakukuan dalam penelitian ini :

1. Pati ditimbang 25 gram.
2. Dimasukkan kedalam labu leher tiga ditambah air 200 ml.
3. Kemudian ditambahkan HCl 0,5 N sebagai katalis sebanyak 15 ml.
4. Proses hidrolisis berlangsung sesuai dengan kondisi yang ditetapkan yaitu 50 menit dan        pada suhu 90 °C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm.
5. Diamkan selama 24 jam dalam keadaan tertutup, lalu disaring.
6. Diambil cuplikan hasil hidrolisis untuk dianalisa kadar glukosanya.

Analisa kadar gula reduksi ( Dextrose Equivalent / DE )

1. Hasil hidrolisis pati kulit pisang kapok diambil 3 ml sebagai sample cuplikan, larutan      kemudian diencerkan dengan aquadest menjadi 50 ml.
2. Larutan ini diambil 10 ml kemudian ditambahkan 15 ml larutan luff-schrool
3. Erlenmeyer yang berisi larutan tersebut dihubungkan dengna pendingin tegak kemudian dididihkan, diusahakan 2 menit sudah mendidih.
4. Kemudian didinginkan dengan bantuan air kran.
5. Ditambahkan larutan KI 30% 15 ml setelah mendidih dan ditambahkan juga H2SO4 4N dengan hati – hati sebanyak 25 ml.
6. Kemudian dititrasi dengan Natrium Thiosulfat sampai warna menjadi coklat muda, kemudian diberi indikator amylum sampai berubah warna lalu dititrasi kembali sampai larutan menjadi jernih.

7. Perlakuan yang sama juga untuk blanko, dimana 25 ml aquadest ditambahkan 10 ml larutan luff schrool dikerjakan dengan cara yang sama seperti langkah –
langkah diatas.
Pembuatan indikator pati:
- Pati ( ± 1 sendok ) dilarutkan dalam 100 ml aquadest kemudian dididihkan setelah itu didinginkan.
8. Perhitungan : S = ( V titrasi blanko – V titrasi filtrat ) “ Penentuan glukosa, fruktosa, dan gula invert dalam suatu bahan dengan metode Luff-Schrool “ Dari hasil ini dapat diketahui DE / mgr gula reduksi yang terkandung melalui tabel 4


Analisa kadar glukosa dengan metode luff schrool

1. Hasil hidrolisa pati kulit pisang (filtrat) diambil sebanyak 3
ml, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga 50 ml.
2. Ambil 10 ml filtrate dan ditambahkan 10 ml larutan Luff-
Schrool dalam Erlenmeyer.
3. Dibuat pula perlakuan blanko yaitu 10 ml larutan Luff-
Schrool dengan 25 ml aquadest.
4. Setelah itu ditambahkan beberapa butir batu didih, kemudian
didihkan diusahakan 2 menit sesudah mendidih.
5. Selanjutnya cepat – cepat didinginkan dan ditambahkan 15 ml
KI 30% dan dengan hati – hati ditambahkan 25 ml H2SO4 4N.
14
6. Kemudian dititrasi dengan Natrium Thiosulfat sampai warna
menjadi coklat muda, kemudian diberi indikator amylum
sampai berubah warna lalu dititrasi kembali sampai larutan
menjadi jernih.
Indikator pati : pati (± 1 sendok) dilarutkan dalam 100 ml air
kemudian dididihkan setelah itu didinginkan

Kadar gula
             mgr glukosa x faktor pengenceran
  =                                                                            x 100%
                    Berat sampel x 1000 mgr

















Gambar 1. Diagram alir proses Hidrolisis


Pati kulit pisang
25 gr


15 ml HCl 0,5 N
200 ml aquadest


 



Masukkan dalam labu
leher tiga


Setting :
Suhu = 90 °C
Waktu = 50 menit
Kecepatan pengdukan = 100 rpm




Diamkan selama 24 jam



Disaring




 


filtrat
endapan




 


Cek Ph dan kadar glukosa



Dibuang










Tahap Fermentasi

1. Alat – alat yang akan digunakan sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dalam autoclave dengan suhu 121 °C selama 20 menit.
2. Kemudian ditambahkan nutrisi Ammonium phosphat kedalam larutan hasil hidrolisis sesuai dengan variabel peubah.
3. Untuk menentukan jumlah biomassa awal:
- Siapkan aquadest steril sebanyak 50 ml
- Ambil biakan saccharomyces cereviceae dengan menggunakan ose lalu masukkan ke dalam   erlenmeyer yang berisi air steril 50 ml.
- Ambil 3 ml larutan tersebut masukan dalam tabung spektofotometri dan set panjang gelombang 610 nm dan ukur OD sampai 0,5.
- Siapkan air steril masing – masing 9 ml dalam 5 tabung reaksi.
- Pipet 1 ml hasil larutan yang berisi bakteri saccharomyces cereviceae kedalam tabung reaksi 1 lalu homogenkan, dan beri label 101
- Dari tabung reaksi pertama ambil 1 ml masukan dalam tabung reaksi ke dua lalu homogenkan, dan beri label 102.
- Pengenceran diteruskan sampai pada tabung ke 5 pada label 105, lalu ambil 1 ml tuangkan ke dalam petridist steril dan tambahkan kurang lebih 10 ml media SDA, goyang searah angka 8 agar tersebar merata dipetrisit dan tidak menumpuk, lalu tumbuhkan selama 1 – 2 hari.
- Dan hitung jumlah koloni yang terdapat pada petridist tersebut.
4. Volume hidrolisis yang sudah ditambahkan nutrient ditambahkan juga biakan saccharomyces sebanyak 10% dari volume fermentasi kemudian ditutup rapat.
5. Fermentasi dilakukan sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.

 Gambar 2. Diagram alir Proses Fermentasi

Larutan hasil hidrolisis
50 ml

Nutrient ammonium phosphat
Saccharomyces awal 266 x 105 cfu/ml



Difermentasikan sesuai
waktu yang telah
ditentukan









Gambar 3. Diagram alir Proses Distilasi

Larutan hasil fermentasi
25 ml

Aquadest 100 ml
 



Dalam labu leher tiga dan
pasang alat distilasi


Setting suhu 78 – 80 °C


                                                                                      Selama ± 15 – 20 menit

Hasil distilasi didinginkan pada
suhu 20 °C
                                               









Ukur massa jenisnya dengan piknometer



Analisis kadar Ethanol

1. Ambil 25 ml filtrat hasil lalu ditambahkan 100 ml aquadest.
2. Suhu distilasi diatur sesuai dengan titik didih ethanol yaitu sebesar ± 78 °C. Hasil dari distilasi ditampung dengan Erlenmeyer. Distilasi dianggap selesai bila dalam 15 menit tidak ada lagi tetesan.
3. Dinginkan pada suhu 20 °C.
4. Kemudian ditimbangkan dengan menggunakan piknometer untuk diukur berat jenis ethanol yang terbentuk. Kemudian masuk dalam perhitungan:
 Timbangan piknometer kosong = A gr Timbangan piknometer + isis = B gr Volume piknometer = 10 ml


Menghitung berat jenis (ρ)
ρ = m = ( berat pikno isi – berat pikno kosong ) gr
       v                           10 ml

5. Setelah diketahui ρ lalu lihat pada tabel Perry (edisi 5 tabel 3 – 110) untuk mengetahui kadar ethanol


Gambar 4. Diagram alir Analisa kadar Ethanol


Larutan hidrolisa
Ambil 3 ml

50 ml aquadest
                                               
 


Diambil 10 ml
Larutan luff school 10 ml
Batu didih
                                                                                               
      Didihkan
Larutan didinginkan
            15 ml larutan KI 30%
Titrasi dengan N2S2O3
                  25 ml H2SO4 4N                


 

Sampai berubah warna
Ditambahkan indikator pati 2 -3
ml

            Dititrasi kembali
                                                                                   
Sampai larutan menjadi jernih






Analisa dengan Menggunakan Metode Pour Plate

Menghitung jumlah biomassa saccharomyces cereviceae pada prosesfermentasi (metode pour plate)
1. Siapkan 10 tabung reaksi yang berisi masing – masing 9 ml air steril.
2. Ambil 1 ml hasil fermentasi masukan dalam tabung reaksi 1 lalu homogenkan dan beri label 101.
3. Dari tabung reaksi 1 ambil 1 ml lagi masukan kedalam tabung reaksi ke 2 lalu homogenkan dan beri label 102.
4. Pengenceran dilakukan sampai tabung reaksi ke 10 dan beri label 1010.
5. Lalu ambil 1 ml dari tabung reaksi ke 10 masukan kedalam petridist steril dan tambahkan 10 ml media SDA, goyang searah angka 8 agar mikroba tersebar merata didalam
petridist dan tidak menumpuk.
6. Tumbuhkan selama 1 – 2 hari, lalu hitung jumlah koloni.

Jumlah saccharomyces cereviceae pada waktu fermentasi 1 hari sampai 3 hari dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik sehingga dapat menghasilkan enzim zimase yang berfungsi merombak glukosa menjadi ethanol. Glukosa sebagai vitamin C dan ammonium phosphate sebagai sumber nutrisi masih terdapat di dalam media fermentasi ammonium phosphate adalah zat yang mengandung phosphor dan nitrogen. Nutrient yang ditambahkan tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu sedikit akan mempengaruhi perkembangan saccharomyces dalam mengubah menjadi ethanol karena bakteri terdiri dari C, H, O, N, dan P maka unsur yang diperlukan seimbang dan tepat. Terlalu banyak pada media fermentasi terjadi kejenuhan yang akan menghambat pertumbuhan sel yang berakibat penurunan kadar ethanol. Hasil terbaik dari fermentasi adalah pada 3 hari dengan jumlah
nutrient yang ditambahkan 5,5 gr. Jumlah biomassa saccharomyces cereviceae 329 x 1010 cfu / ml, kadar ethanol 9,06%.