LIMBAH KULIT
PISANG KEPOK SEBAGAI BAHAN BAKU
PEMBUATAN
ETHANOL
OLEH
:
Rista
Siti Mawarni
Melisa
Warda Ningsih
Alfiana
Mutiara Oktama
Tugas
Karya Ilmiah Remaja (KIR)
SMK-SMTI
Bandar Lampung
ALAT
DAN BAHAN
a. Alat :
·
Erlenmeyer
·
Klem
·
Buret
·
Balp
·
Pipet ukur
·
Tabung reaksi
·
Labu leher 3
·
Neraca
·
Oven
·
Pendingin tegak
·
Kompor listrik
·
Tabung spektofotometri
·
Autocleve
·
Piknometer
·
Petridist
b. Bahan :
·
Kulit pisang kepok
·
Bakteri Saccharomyces Cereviceae
·
HCl 0,5 N
·
Aquadest
·
ammonium Phosphat
·
PDA (potato dexrtrose agar )
·
SDA (saboro dextrose agar)
·
H2S04 4N
·
Natrium
thiosulfat
·
Indikator
amylum
·
Larutan
KI
Pengambilan pati
dari kulit pisang kepok (persiapan bahan untuk
penelitian) :
1. Buah pisang dikupas dan
diambil kulitnya
2. Kulit pisang dicuci bersih
lalu diiris kecil – kecil lalu dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan pada suhu 105 °C sampai kering
3. Lalu ditumbuk halus sampai menjadi serbuk
Hasil analisis
kandungan pati didalam kulit pisang kepok ( air 7,8 % , pati 10,32 % , gula
reduksi 3,4 % , protein 2,05 %) , yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk
penelitian ini. Kondisi yang ditetapkan antara lain adalah: pati kulit pisang
kepok = 25 gram, aquadest 200 ml, waktu hidrolisa = 50 menit,kecepatan
pengadukan = 100 rpm, mikrooranisme yang digunakan Saccharomyces Cereviceae (
Optical density = 0,5 , Panjang 8 gelombang = 610 nm, jumlah biomassa
awal = 266x 105
cfu/ml),
pH fermentasi = 5,57 , suhu hidrolisa = 90 o C , katalis yang digunakan HCl 0,5 N =
15 ml. Kondisi berubah : waktu fermentasi : 1,2,3,4,5 hari, Nutrient Ammonium
Phosphat : 1 ; 2,5 ;4 ; 5,5 ; 7 gram.
Pada penelitian
ini menggunakan bahan utama pati dari kulit pisang kepok , bakteri
Saccharomyces Cereviceae, HCl 0,5 N dan bahan pembantu aquadest, ammonium
Phosphat, PDA (potato dexrtrose agar ) dan SDA (saboro dextrose agar). Secara
umum produksi ethanol ini mencakup tiga rangkaian proses yaitu: pertama
persiapan bahan. Kemudian tahap kedua adalah hidrolisis pati kulit pisang kepok
dengan ditambah larutan HCl 0,5 N dengan berat tertentu. Hasil hidrolisis
kemudian dilakukan tahap ketiga yaitu fermentasi. Secara lengkap bisa dilihat
pada bab proses hiodrolisa dan proses fermentasi.
Proses
Hidrolisis yang dilakukuan dalam penelitian ini :
1. Pati ditimbang 25 gram.
2. Dimasukkan kedalam labu leher
tiga ditambah air 200 ml.
3. Kemudian ditambahkan HCl 0,5 N
sebagai katalis sebanyak 15 ml.
4. Proses hidrolisis berlangsung
sesuai dengan kondisi yang ditetapkan yaitu 50 menit dan pada suhu 90 °C dengan kecepatan
pengadukan 100 rpm.
5. Diamkan selama 24 jam dalam
keadaan tertutup, lalu disaring.
6. Diambil cuplikan hasil
hidrolisis untuk dianalisa kadar glukosanya.
Analisa kadar gula
reduksi ( Dextrose Equivalent / DE )
1. Hasil hidrolisis pati kulit
pisang kapok diambil 3 ml sebagai sample cuplikan, larutan kemudian diencerkan dengan aquadest
menjadi 50 ml.
2. Larutan ini diambil 10 ml
kemudian ditambahkan 15 ml larutan luff-schrool
3. Erlenmeyer yang berisi larutan
tersebut dihubungkan dengna pendingin tegak kemudian dididihkan, diusahakan 2
menit sudah mendidih.
4. Kemudian didinginkan dengan
bantuan air kran.
5. Ditambahkan larutan KI 30% 15
ml setelah mendidih dan ditambahkan juga H2SO4 4N dengan hati – hati sebanyak 25 ml.
6. Kemudian dititrasi dengan
Natrium Thiosulfat sampai warna menjadi coklat muda, kemudian diberi indikator amylum
sampai berubah warna lalu dititrasi kembali sampai larutan menjadi jernih.
7. Perlakuan yang sama juga untuk
blanko, dimana 25 ml aquadest ditambahkan 10 ml larutan luff schrool dikerjakan
dengan cara yang sama seperti langkah –
langkah diatas.
Pembuatan indikator pati:
- Pati
( ± 1 sendok ) dilarutkan dalam 100 ml aquadest kemudian dididihkan setelah itu
didinginkan.
8. Perhitungan : S = ( V titrasi
blanko – V titrasi filtrat ) “ Penentuan glukosa, fruktosa, dan gula invert
dalam suatu bahan dengan metode Luff-Schrool “ Dari hasil ini dapat diketahui
DE / mgr gula reduksi yang terkandung melalui tabel 4
Analisa kadar
glukosa dengan metode luff schrool
1. Hasil hidrolisa pati kulit
pisang (filtrat) diambil sebanyak 3
ml, kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 50 ml.
2. Ambil 10 ml filtrate dan
ditambahkan 10 ml larutan Luff-
Schrool dalam Erlenmeyer.
3. Dibuat pula perlakuan blanko
yaitu 10 ml larutan Luff-
Schrool dengan 25 ml aquadest.
4. Setelah itu ditambahkan
beberapa butir batu didih, kemudian
didihkan diusahakan 2 menit
sesudah mendidih.
5. Selanjutnya cepat – cepat
didinginkan dan ditambahkan 15 ml
KI 30% dan dengan hati – hati
ditambahkan 25 ml H2SO4 4N.
14
6. Kemudian dititrasi dengan
Natrium Thiosulfat sampai warna
menjadi coklat muda, kemudian
diberi indikator amylum
sampai berubah warna lalu
dititrasi kembali sampai larutan
menjadi jernih.
Indikator pati : pati (± 1
sendok) dilarutkan dalam 100 ml air
kemudian dididihkan setelah itu
didinginkan
Kadar gula
mgr glukosa x faktor pengenceran
= x
100%
Berat sampel x 1000 mgr
Gambar 1. Diagram alir proses
Hidrolisis
Pati kulit
pisang
25 gr
|
15 ml HCl 0,5 N
200 ml aquadest
Masukkan dalam
labu
leher tiga
|
|
Setting :
Suhu = 90 °C
Waktu = 50 menit
Kecepatan pengdukan = 100 rpm
|
Diamkan selama
24 jam
|
Disaring
|
filtrat
|
endapan
|
Cek Ph dan
kadar glukosa
|
|
Dibuang
|
Tahap Fermentasi
1. Alat – alat yang akan
digunakan sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dalam autoclave dengan suhu
121 °C selama 20 menit.
2. Kemudian ditambahkan nutrisi
Ammonium phosphat kedalam larutan hasil hidrolisis sesuai dengan variabel peubah.
3. Untuk menentukan jumlah
biomassa awal:
- Siapkan
aquadest steril sebanyak 50 ml
- Ambil
biakan saccharomyces cereviceae dengan menggunakan ose lalu masukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi air steril 50 ml.
- Ambil
3 ml larutan tersebut masukan dalam tabung spektofotometri dan set panjang
gelombang 610 nm dan ukur OD sampai 0,5.
- Siapkan
air steril masing – masing 9 ml dalam 5 tabung reaksi.
- Pipet
1 ml hasil larutan yang berisi bakteri saccharomyces cereviceae kedalam tabung
reaksi 1 lalu homogenkan, dan beri label 101
- Dari
tabung reaksi pertama ambil 1 ml masukan dalam tabung reaksi ke dua lalu homogenkan,
dan beri label 102.
- Pengenceran
diteruskan sampai pada tabung ke 5 pada label 105, lalu ambil 1 ml tuangkan ke
dalam petridist steril dan tambahkan kurang lebih 10 ml media SDA, goyang
searah angka 8 agar tersebar merata dipetrisit dan tidak menumpuk, lalu
tumbuhkan selama 1 – 2 hari.
- Dan
hitung jumlah koloni yang terdapat pada petridist tersebut.
4. Volume hidrolisis yang sudah
ditambahkan nutrient ditambahkan juga biakan saccharomyces sebanyak 10% dari
volume fermentasi kemudian ditutup rapat.
5. Fermentasi dilakukan sesuai
dengan variabel yang telah ditentukan.
Gambar 2. Diagram alir Proses Fermentasi
Larutan hasil
hidrolisis
50 ml
|
Nutrient ammonium phosphat
Saccharomyces awal 266
x 105
cfu/ml
Difermentasikan
sesuai
waktu yang
telah
ditentukan
|
Gambar 3. Diagram alir Proses Distilasi
Larutan hasil
fermentasi
25 ml
|
Aquadest 100 ml
Dalam
labu leher tiga dan
pasang
alat distilasi
|
Setting
suhu 78 – 80 °C
|
Selama ± 15 – 20 menit
Hasil
distilasi didinginkan pada
suhu 20 °C
|
Ukur
massa jenisnya dengan piknometer
|
Analisis kadar
Ethanol
1. Ambil 25 ml filtrat hasil lalu
ditambahkan 100 ml aquadest.
2. Suhu distilasi diatur sesuai
dengan titik didih ethanol yaitu sebesar ± 78 °C. Hasil dari distilasi
ditampung dengan Erlenmeyer. Distilasi dianggap selesai bila dalam 15 menit
tidak ada lagi tetesan.
3. Dinginkan pada suhu 20 °C.
4. Kemudian ditimbangkan dengan
menggunakan piknometer untuk diukur berat jenis ethanol yang terbentuk.
Kemudian masuk dalam perhitungan:
Timbangan piknometer kosong = A gr Timbangan
piknometer + isis = B gr Volume piknometer = 10 ml
Menghitung
berat jenis (ρ)
ρ = m = (
berat pikno isi – berat pikno kosong ) gr
v 10
ml
5. Setelah diketahui ρ lalu lihat pada tabel Perry (edisi 5 tabel 3 – 110)
untuk mengetahui kadar ethanol
Gambar 4. Diagram alir Analisa
kadar Ethanol
Larutan hidrolisa
Ambil 3 ml
|
50 ml aquadest
Diambil 10 ml
|
Larutan luff school 10 ml
Batu
didih
Didihkan
Larutan didinginkan
|
15
ml larutan KI 30%
Titrasi dengan N2S2O3
|
25 ml H2SO4 4N
Sampai berubah warna
Ditambahkan indikator pati 2 -3
ml
|
Dititrasi kembali
Sampai larutan menjadi jernih
|
Analisa dengan
Menggunakan Metode Pour Plate
Menghitung jumlah biomassa
saccharomyces cereviceae pada prosesfermentasi (metode pour plate)
1. Siapkan 10 tabung reaksi yang
berisi masing – masing 9 ml air steril.
2. Ambil 1 ml hasil fermentasi
masukan dalam tabung reaksi 1 lalu homogenkan dan beri label 101.
3. Dari tabung reaksi 1 ambil 1
ml lagi masukan kedalam tabung reaksi ke 2 lalu homogenkan dan beri label 102.
4. Pengenceran dilakukan sampai
tabung reaksi ke 10 dan beri label 1010.
5. Lalu ambil 1 ml dari tabung
reaksi ke 10 masukan kedalam petridist steril dan tambahkan 10 ml media SDA,
goyang searah angka 8 agar mikroba tersebar merata didalam
petridist dan tidak menumpuk.
6. Tumbuhkan selama 1 – 2 hari, lalu hitung jumlah
koloni.
Jumlah
saccharomyces cereviceae pada waktu fermentasi 1 hari sampai 3 hari dapat
tumbuh dan berkembang biak dengan baik sehingga dapat menghasilkan enzim zimase
yang berfungsi merombak glukosa menjadi ethanol. Glukosa sebagai vitamin C dan
ammonium phosphate sebagai sumber nutrisi masih terdapat di dalam media fermentasi
ammonium phosphate adalah zat yang mengandung phosphor dan nitrogen. Nutrient
yang ditambahkan tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu
sedikit akan mempengaruhi perkembangan saccharomyces dalam mengubah menjadi
ethanol karena bakteri terdiri dari C, H, O, N, dan P maka unsur yang
diperlukan seimbang dan tepat. Terlalu banyak pada media fermentasi terjadi
kejenuhan yang akan menghambat pertumbuhan sel yang berakibat penurunan kadar
ethanol. Hasil terbaik dari fermentasi adalah pada 3 hari dengan jumlah
nutrient yang ditambahkan 5,5 gr.
Jumlah biomassa saccharomyces cereviceae 329 x 1010 cfu / ml, kadar ethanol 9,06%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar