Senin, 23 September 2019

Cerita Hijrah ku dan Keluarga ku

Mungkin ada beberapa orang berpendapat, perjalanan spiritual itu masalah personal dengan Tuhan, ga perlu di umbar. Yah itukan pendapat sebagian orang ya, boleh kan ya aku beda pendapat. Tujuan dari aku ceritakan pengalaman hijrahku bukan untuk menunjukan seberapa kuatnya kualitas imanku, bukan. Tapi untuk membagikan seberapa besar manisnya iman, untuk bisa juga dirasakan oleh banyak orang. Semoga setelah membaca ceritaku, kalian bisa mengantarkan kalian kepada kenikmatan iman Islam kita, dan jadi lebih bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan.

"Cerita Hijrah ku dan Keluarga ku" yahh setelah dengan banyak pertimbangan aku mulai tulis blog comeback ini dengan tema tersebut. Cerita ini dimulai saat aku berumur 15an tahun. Kalo mau mulai cerita dari kecil itu selain aku udah sedikit lupa dengan cerita maca kecilku, aku juga ga punya banyak dokumentasinya, lagian dibawah 15an tahun, foto- fotoku belum menutup aurat hehe.

Okay aku mulai bercerita, aku memutuskan untuk berhijab saat aku duduk di kelas 10 SMK semester 2. Tanggung banget ya, kenapa ga dari awal masuk SMK aja udah mulai berjilbabnya?. kalo di semester 2 kan sayang bajunya, udah dapet baju lengan panjang, harus beli baru lagi deh. IYA, aku juga dulu saat pengukuran baju untuk SMK sudah memutuskan ingin membuat seragam sekolah yang berhijab. TAPI, qadarullah, saat di depan petugas pengukur baju, aku dan ibuku memilih seragam yang berlengan pendek :D. 

Barulah saat jalan satu semester, hidayah Allah SWT itu datang. Saat itu aku dan Melisa (dia adalah teman satu kost ku dan teman dari TPA ku hahaha kapan-kapan insyaallah ku ceritakan khusus tentang dia yaa) memutuskan untuk berhijab. Pemikiran mulanya memang konyol, karena kita sudah lelah dengan mengurus penampilan rambut yang super ribet itu. Selain itu juga yang pasti karena kita takut akan dosa yaa :D. Tapi saat itu aku bertekad dengan diriku sendiri, jika aku memutuskan akan berhijab, aku mau berhijab langsung dengan sesuai perintahNya (hijab Syar'i gitu maksudanya). Setelah membulatkan tekat, aku coba telpon ibuku dirumah untuk meminta izin aku berjilbab. Ibuku sih menyerahkan keputusannya padaku, beliau hanya menyanyakan berapa biaya untuk membeli seragam baru yang berlengan panjang. Mengingat jika aku berjilbab, ya berarti aku harus beli semua seragam baru dong ya. Besoknya aku langsung datang ke bagian keuangan yang mengurus masalah seragam, lumayan mahal dan butuh waktu yang lama ternyata untuk mendapatkan seragam barunya, karena seragam baru ada lagi nanti ketika masuk ajaran baru, itu berarti masih 1 semester lagi. Sudah agak hopeless saat itu, tapi aku beruntung ada teman yang menginatkan jika sudah ada niat baik harus di segerakan, hidayah tidak tau bisa datang kapan lagi. Saat kita sudah bertekad, ternyata guruku menginformasikan masih ada baju sisa tahun ajaran kemarin, bisa diambil hari senin dengan biaya X rupiah. Wah senang nya aku, tapi juga bingung, apa bapak bisa kasih uang segitu dalam waktu dekat. Bissmillah aku memberanikan diri dan mempersiapkan diri untuk merargumen dengan bapak (Fyi, aku harus mempersiapkan bahan argumen dulu setiap bicara sama bapak kalo mau ngomong dan di acc :)). Alhamdulillah ala kulli hal, Allah mudah kan semua prosesnya, dan memberikan kami rizki untuk membeli seragam baru. Singkat cerita aku sudah mulai berhijab, berikut beberapa dokumentasi yang sempat terabadikan : 

(Seragam putih yang ibuku pesan di langganan penjahitnya dan
Jilbab Putih Pertama yang aku beli untuk sekolah)

Seragam Pramuka : Minta kakak kelas
Rista - Teresa - Melisa
(Tere-atlet karate, teman sekelas yang sudang lebih dulu berhijab)

(Ayas- guru TPA Al-hidayah- Teman Sebangku yang 
sering ngomporin untuk cepetan pake hijab)

Seragam Batik: Beli baru
Tere-Rista -Ayas

Aku bersyukur, Allah dekatkan dengan teman-teman yang selalu mengingatkan untuk beribadah dan menguatkan di kala iman sedang diuji. Salah satunya saat aku sudah berhijab. Cerita dimulai saat aku pertama kali pulang kerumah setelah beberapa minggu tidak pulang karena kegiatan ekstrakulikuler di setiap weekend. Saat itu aku pulang dengan menggunakan baju muslim dengan jilbab syar'inya lengkap dengan kaos kaki. Saat itu aku belum istiqomah menggunakan kaos kaki, tapi karena perjalannan yang jauh dari kosan ke rumah aku memutuskan pakai kaos kaki. Setiba dirumah, ternyata rumahku ramai dengan tetangga yang sedang ngobrol dan main di rumah ku. Mereka kaget dengan penampilanku. Sampai ada yang bertanya "kamu 'jaula' ya ta". (jamaah tabligh di lingkungan rumahku biasa di sebut dengan 'jaula'). Aku hanya bisa membalas dengan senyuman. Kaget memang dengan respon mereka, tapi awalnya aku merasa wajar saja mereka begitu, belum terbiasa pikirku. Sampai pada malam harinya ibuku bertanya padaku, ada apa dengan penampilanku, apakah aku di sekolah mengikuti organisasi-organisasi radikal (mengingat pda tahun 2012an memang sedang marak di tv tentang organisasi radikal). Saat tetanggaku yang mengatakan aku 'jaula' yang setelah kucari ternyata itu adalah istilah untuk orang bodoh, aku merasa it's okay menurutku, tapi ketika ibukku menanyakan aku apakah ikut organisasi radikal itu yang mebuatku sedih. Ibuku menasehati saat itu, "Rista, kamu itu mbok ya pakaiannya biasa aja, yang biasa-biasa aja gitu loh kyak anak anak jaman sekarang yang pakai jilbab gitu loh, masih keliatan modis, gaul." Ditambah dengan selorohan kakak perempuanku. " Iya jangan pakai baju kyak sekarang, kyak ibu-ibu. Masa anak sama mamanya masih modisan mamanya". Saat iku hanya bisa diam, dan pergi ke kamar. (yahh ending nya cuma bisa nangis memang). 

Setelah puas menangis, aku yang saat itu belum punya banyak ilmu merasa butuh berkosultasi dengan someone. Aku memutuskan biacra dengan mamas (kakak laki-laki) tentang perlakukan tentanggaku dan omongan ibu dan mbaku. Mamasku yang aku anggap lebih mengerti soal agama dan aku harap bisa menjelaskan kepada ibuku tentang keputusanku. Dan kalian tau apa kata kakakku?? Dia hanya bilang, "yaudah biarin aja orang bilang apa, yang penting sekarang doain aja mama sama mba Rika dapet hidayah". Udah gitu aja? Hufffttt sangat tidak memuaskan bagiku.

Lagi-lagi tak henti-hentinya aku bersyukur kepada Allah SWT telah mendekatkan aku dengan teman-teman yang selalu mendekatkan ku padaNya, mengingatkan beribadah, ngajak solat berjamaah klo di sekolah, buat grup ODOJ dengan guru-guru disekolah, menjagaku dan mempermudahkan aku untuk tetap istiqomah dijalanNya. 

Sampai pada akhirnya, hidayah itu sampai pada kakak perempuanku, yang awalnya mengkomentari tampilanku, maha besar Allah, pada sekitar tahun 2015 mentakdirkan beliau untuk pindah kerja ke tempat yang mengharuskannya untuk berpakaian syar'i dan mengikuti halaqoh pekanan. Yang awalnya merasa terpaksa dan tuntutan, karena terus belajar sekarang menjadi kesadaran dan keistiqomahan. Disusul dengan ibuku yang melihat anak-anaknya berpakaian syar'i, beliau tergerak untuk mengikuti. Mohon doanya semoga keistiqomahan untuk selalu taat akan perintah Allah selalu ada pada beliau dan kita semua.

Kabar terakhir, aku di kejudkan saat pulang kerumah saat libur lebaran idul adha bulan Juli 2019, saat itu aku sedang mencari bapakku ingin memberitahu sudah adzan ashar, dan segera pergi ke Masjid. saat itu ada tetanggaku yang sedag membantu memasak di rumah, beliau bertanya. "Rista cari bapak, lah itu yang adzan siapa, kalo bukan bapakmu?". Saat itu aku kaget jelas, dan mencoba mengenali suaranya, tetap aku tidak mengenalinya. Jelas itu bukan suara bapak biasanya. Aku baru percaya saat ibuku melanjutkan, "Iya itu bapak yang adzan, klo lagi ga ada orang di masjid yang bisa ngimamin, biasanya bapakmu yang jadi imam". Jelas aku sangat terharu, bapak sudah lama memang rutin untuk solat di masjid, tapi jangankan untuk menjadi imam, tadinya adzan di masjid saja ga berani. 

Ternyata, apa yang mas riki bilang dulu benar, tugas kita sebagai anak adalah mendoakan kedua orang tuanya, kita ga tau hidayah Allah itu kapan dan bagaimana datangnya, karena Allah lah yang berhak membolak balikan hati para hambanya. 

Mohon doa untuk keluarga kami, semoga Allah SWT mengistiqomahkan keluarga kami dalam iman Islam, dan mengumpulkan kami lagi kelak di akhirat nanti. Aamiin yaa rabalalamin.. 
Lebaran 2017


Idul Adha 2019

Lebaran 2016

Ana uhibbuka fillah, mama, bapak, mbak yanti, mas riki, mbak rika, Rido. Terimakasih sudah kuat, terimakasih sudah sehat, terimaksih selalu merawat dan mendidik Rista sampai sekarang ini. Semoga Alllah SWT selalu berberkahi.

Please be healthy.

with love,

Rista
Part of Giman Squad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar